Dua wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina timur mengumumkan pemenangnya pada Senin dalam pemilihan kepemimpinan yang ditolak oleh Kiev dan sekutu internasionalnya sebagai latihan palsu yang dirancang oleh Rusia untuk memasang rezim boneka.
Pemungutan suara berlangsung pada Minggu di tengah bayang-bayang konflik antara Ukraina dan pemberontak yang didukung Rusia yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak 2014 dan meracuni hubungan antara kedua negara bertetangga itu.
Penjabat kepala wilayah Donetsk, Denis Pushilin, yang pendahulunya tewas dalam ledakan pada Agustus, dikukuhkan sebagai pemimpin dengan 61 persen suara, sementara penjabat kepala wilayah Luhansk, Leonid Pasechnik, juga dengan 68 persen menang.
Ajudan Kremlin Vladislav Surkov mengucapkan selamat kepada para pemenang, menurut layanan pers separatis DAN, meskipun juru bicara Kremlin kemudian mengatakan dia tidak mengetahui adanya ucapan selamat yang dikirimkan.
Amerika Serikat, negara anggota Uni Eropa, dan Kanada mengutuk pemungutan suara itu sebagai ilegal dan melanggar gencatan senjata yang disepakati pada 2015 di Minsk, ibu kota Belarusia.
“Reaksi ini memperjelas bahwa, di satu sisi, pemilu ini tidak akan diakui oleh siapa pun. Ini adalah pelanggaran kejam terhadap perjanjian Minsk,” kata Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
“Di sisi lain, ada seruan tanggung jawab Federasi Rusia sebagai penyelenggara pemilu ini.”
Rusia membantah bahwa pemilihan itu melanggar perjanjian Minsk dan malah menyalahkan otoritas Kiev karena gagal memenuhi kewajibannya dalam proses perdamaian.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dia tidak mengetahui adanya ucapan selamat yang dikirimkan kepada para pemberontak, tetapi menambahkan bahwa dapat dipahami bahwa mereka ingin mengadakan pemilihan.
“Kita berbicara tentang dua wilayah yang sepenuhnya ditolak oleh seluruh negara dan berada di bawah embargo mutlak. Perjanjian Minsk tidak dilaksanakan oleh Kiev,” kata Peskov kepada wartawan dalam konferensi di Moskow.
Pushilin mengatakan itu adalah titik balik dalam sejarah kawasan itu. “Kami telah membuktikan kepada seluruh dunia bahwa kami tidak hanya dapat berjuang, tidak hanya menang di medan perang, tetapi juga membangun negara berdasarkan prinsip demokrasi yang sebenarnya,” katanya, Minggu.
Pemberontak yang didukung Moskow merebut wilayah di Ukraina timur setelah protes jalanan menggulingkan Presiden pro-Rusia Viktor Yanukovich pada Februari 2014 dan Rusia mencaplok Krimea sebulan kemudian.
Ukraina dan Barat mengatakan Rusia secara de facto menguasai wilayah Donbass timur dengan mendukung pemimpin boneka dengan pasukan dan senjata berat, yang dibantah oleh Moskow.