Bulan lalu, pesawat Rusia membom pangkalan pemberontak di tenggara Suriah yang digunakan oleh pasukan khusus AS dan Inggris, lapor surat kabar Wall Street Journal pada hari Jumat.
Moskow dilaporkan menggunakan serangan itu untuk menekan pemerintahan Obama agar bekerja sama lebih erat di Suriah, lapor surat kabar itu, mengutip sumber-sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya. Ia juga mengklaim bahwa pesawat Rusia awal bulan ini menyerang sebuah situs yang digunakan oleh keluarga pejuang oposisi Suriah yang didukung CIA.
Garnisun di desa At-Tanf dekat perbatasan Yordania diserang pada 16 Juni. Kontingen Inggris berkekuatan 20 orang bergerak dari lokasi tersebut 24 jam sebelum serangan Rusia, lapor Wall Street Journal.
Setelah serangan itu, pasukan AS memberi tahu rekan-rekan Rusia mereka di Suriah bahwa garnisun itu adalah bagian dari kampanye AS melawan ISIS dan tidak boleh dijadikan sasaran. Sekitar 90 menit kemudian, meskipun ada sinyal peringatan dari pesawat Amerika, pesawat Rusia kembali menyerang lokasi tersebut, klaim surat kabar itu.
Pejabat AS dan pemimpin pemberontak mengklaim bahwa munisi tandan digunakan dalam serangan itu dan empat orang tewas.
Seorang pejabat AS dengan akses ke intelijen rahasia menggambarkan insiden itu sebagai “sangat, sangat serius” dan mengatakan ada potensi jet AS dan Rusia untuk terlibat satu sama lain, lapor situs berita Radio Liberty.
Yury Melnik, juru bicara kedutaan Rusia di Washington, merujuk semua pertanyaan tentang insiden itu ke kementerian pertahanan Rusia. Kementerian belum menanggapi permintaan komentar, lapor Wall Street Journal.
“Pada kenyataannya, satu-satunya tujuan yang dikejar Rusia di Suriah adalah untuk memerangi terorisme dan kami percaya bahwa koordinasi yang lebih baik dari upaya Rusia dan Amerika akan berkontribusi pada pengejaran yang efektif dari tujuan ini, serta solusi diplomatik dari krisis Suriah,” kata Melnik.
Rusia memulai serangan udara di Suriah pada September tahun lalu dalam upaya memerangi kelompok teroris yang beroperasi di wilayah tersebut. Barat telah berulang kali menuduh Moskow juga membom kelompok oposisi moderat dan warga sipil, klaim yang dibantah keras oleh Rusia. Kerja sama antara pasukan Rusia dan AS di negara itu menghadapi sejumlah kendala, termasuk ketidaksepakatan atas nasib pemimpin Suriah Bashar Assad dan penunjukan berbagai faksi bersenjata sebagai “teroris”.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan timpalannya dari Rusia, Sergey Lavrov, mencapai kesepakatan di Moskow pekan lalu untuk mengoordinasikan serangan terhadap Front Al-Nusra, afiliasi Al-Qaeda.
Negara Islam dan Front Al-Nusra adalah organisasi teroris yang dilarang di Rusia.